zondag 30 september 2012

Foto Lucu Tentara Pada Masa Perang Dunia


Foto Lucu Tentara Pada Masa Perang Dunia



Ini ada secuil foto soal Kelakuan Tentara Pada Perang Dunia yang pernah terjadi. Entah stres karena perang atau sudah bawaan tentara ini suka ngebanyol ( ngelucu ) Lihat aktingnya sepertinya mereka lupa klo di medan perang, kocak sedikit norak, Andai dulu jejaring sosial sudah ada pasti lebih banyak Foto Kocak Tentara pada masa itu yang bisa buat

Kontes Paha Mulus


Cewek ABG pamer paha mulus ditempat umum, cuma baju bagian atas dan celana dalem.! bener bener berani dan nekad, lihat saja foto para cewek ini pamer paha mulus atau pamer celana dalem? atau kontes paha terindah.?








































Ika, Gadis Bandung Yang Genit dan Seksi

Ika, Gadis Bandung Yang Genit dan Seksi

cerita ini bermula waktu umurku masih 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan tinggi teknik di kota Bandung. Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga kali. Teman-*temanku bilang, kalau aku bermobil pasti banyak cewek cantik sexy yang dengan sukahati menempel padaku. Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran secara serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami nanti menikah.

Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar 700 m. Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya. Dalam masalah pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh walaupun hanya begitu, kalau “voltase’-ku sudah amat tinggi, aku dapat ‘muntah” juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek perempuan.

Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.

lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP. Menurut desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika. Dia dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.

lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan besar membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.

Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika mengenakan baju atas ‘you can see’ dan rok span yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.

“Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah… sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas,” sapa Ika dengan centilnya.

“He… masa?” balasku.

“Iya… Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob,” kata Ika dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he…

“Ah, neng Ika macam-macam saja…,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”

Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja. Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?

“Wah… dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Bob buat menemani Ika dong, biar Ika tidak kesepian… Tapi yang keren lho,” kata Ika dengan suara yang amat manja. Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.

“Neng Ika ini… Nanti Kak Dainya ngamuk dong.”

“Kak Dai kan tidak akan tahu…”

Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.

Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi. ‘Mas Bobby, gue ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina’

Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.

Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok…

Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang berdiri di depan pintu.

“Mbak Di… Mbak Dina…,” terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.

“Mbak Dina sudah pulang?” tanya Ika.

“Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?”

“Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er.”

“Ng… bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali.”

“Beres deh mas Bob. Ika berjanji,” kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.

Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas*-remasnya. Sialan! Kontholku jadi berdiri. Si ‘boy-ku ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak digenjot.

Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.

Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.

“Mas Bob… Mas Bob…,” terdengar Ika memanggil lirih.

Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan ‘you can see’ yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan ikatan tali ke pundaknya. Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.

“Ini kalkulatornya, Mas Bob,” kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.

“Sudah selesai. Neng Ika?” tanyaku basa-basi.

“Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?”

“0, boleh saja kalau sekiranya bisa.”

Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.

“Ini mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara penyelesaiannya.” Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.

Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.

Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada Ika. Uhhh… ranum dan segarnya.

“Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?” tanyaku sambil menelan ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.

“Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator tadi,” jawab Ika dengan tatapan mata yang menggoda.

Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Ika. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur. Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya sebagai atasan saja. Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan din?

Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.

“Mas Bob… ini benar nggak?” tanya Ika.

Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya… gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih menekanku terasa lebih kenyal.

Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.

“Ih… Mas Bob nakal deh tangannya,” katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.

“Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku,” jawabku.

lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara. Dia sengaja tidak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!

Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.

Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Ika sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.

“Ih… Mas Bob jangan begitu dong…,” kata Ika manja.

“Sudah… udah-udah… Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika,” jawabku.

lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika menggelinjang. Tidak tahan lagi. tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas. Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-*kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.

Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang tidak dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa mengeras.

“Mas Bob Mas Bob buka baju saja Mas Bob…,” rintih Ika. Tanpa menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Ikat pinggang dan ritsleteng celanaku. Aku mengimbangi, tall baju atasannya kulepas dan baju tersebut kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat membusung dengan indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan payudara. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.

Celana panjang yang sudah dibuka oleh Ika kulepas dengan segera. Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh celana dalamku, sementara Ika tertutup oleh rok span ketat yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk pinggulnya yang melebar dengan bagusnya. Ika pun melepaskan rok spannya itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana dalam itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Ika yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Ika tampak keluar dan lobang celana dalamnya.

lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah kontholku yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak. Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat. Ika pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di bibirnya. Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan Ika saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.

Ciumanku berpindah ke leher Ika. Leher mulus yang memancarkan keharuman parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Ika mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.

“Ahhh… Mas Bob… Ika sudah menginginkannya dari kemarin… Gelutilah tubuh Ika… puasin Ika ya Mas Bob…,” bisik Ika terpatah-patah.

Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Ika tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya itu. Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Ika menggelinjang.

“Mas Bob… ngilu… ngilu…,” rintih Ika.

Gelinjang dan rintihan Ika itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting payudara kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak kusedot kembali payudara kanan itu kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan dan memelintir puting payudara kirinya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang seperti ikan belut yang memburu makanan sambil mulutnya mendesah-desah.

“Aduh mas Booob… ssshh… ssshhh… ngilu mas Booob… ssshhh… geli… geli…,” cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang merangsang.

Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat. tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.

“Mas Booob… kamu nakal…. ssshhh… ssshhh… ngilu mas Booob… geli…” Ika tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.

Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut Ika yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya. Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke dalam celana yang melindungi pantatnya itu. Perlahan*-lahan celana dalamnya kupelorotkan ke bawah. Ika sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.

Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut Ika sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir memek yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memeknya. Tanganku pun mengelus-elus memeknya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Ika berinisiatif meremas-remas payudaranya sendiri. Tampak jelas kalau Ika sangat menikmati permainan ini.

Perlahan kusibak bibir memek Ika dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke memeknya, sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Ika perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.

“Au Mas Bob… shhhhh… betul… betul di situ mas Bob… di situ… enak mas… shhhh…,” Ika mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.

Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.

Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh memek Ika. Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang memeknya.

“Mas Booob… enak sekali mas Bob…,” Ika mengerang dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja. Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang memeknya. Setelah masuk hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena ‘G-spot’-nya. Dan berhasil!

“Auwww… mas Bob…!” jerit Ika sambil menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam memek terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk ke sel-sel syaraf penciumanku.

Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Ika dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Ika. Kelentit itu tampak semakin menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Ika semakin keras merintih-rintih bagaikan orang yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.

“Mas Bob… mas Bob… mas Bob…,” hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Ika karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.

Permainan jari-jariku dan lidahku di memeknya semakin bertambah ganas. Ika sambil mengerang*-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas payudaranya sendiri.

“Mas Bob… Ika sudah tidak tahan lagi… Masukin konthol saja mas Bob… Ohhh… sekarang juga mas Bob…! Sshhh. . . ,“ erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.

Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Ika terlebih dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan memeknya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam memeknya semakin kupercepat. Gerakan jari tanganku yang di dalam memeknya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya. Gerakan jari tanganku di memeknya yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk… Sementara dan mulut Ika keluar pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:

“Ah-ah-ah-ah-ah…”

Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di memeknya, sambil memandangi wajahnya. Mata Ika merem-melek, sementara keningnya berkerut-kerut.

Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dan kocokan jariku di memeknya semakin terdengar keras. Aku mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Ika mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu. Payudaranya tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan tegangnya.

Sampai akhirnya tubuh Ika mengejang hebat. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi. Matanya membeliak-*beliak. Dan bibirnya yang sensual itu keluar jeritan hebat, “Mas Booo00oob …!“ Dua jariku yang tertanam di dalam vagina Ika terasa dijepit oleh dindingnya dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah antara tanganku dengan bibir memeknya terpancarlah semprotan cairan vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tanganku.

Beberapa detik kemudian Ika terbaring lemas di atas karpet. Matanya memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentikan. Kubiarkan jari tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan kucabut dan memeknya. Cairan vagina yang terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.

Ketegangan kontholku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang Ika yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah menantang diriku untuk membuktikan kejantananku pada tubuh mulusnya. Aku pun mulai menindih kembali tubuh Ika, sehingga kontholku yang masih di dalam celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Ika, sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya. Ika kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di payudaranya.

Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Ika yang mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudaranya yang berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya. Segala kelembutan dan keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dan belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang terlewatkan sedikitpun.

Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Ika. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.

“Ah… ah… mas Bob… geli… geli …,“ mulut indah Ika mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaikan desisan ular kelaparan yang sedang mencari mangsa.

Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas payudara kanan Ika yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.

“Mas Bob… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…”

Aku semakin gemas. Payudara aduhai Ika itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.

“Ah… mas Bob… terus mas Bob… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” Ika mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening fnekuensinya.

Sampai akhirnya Ika tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan kanan Ika yang mulus dan lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.

“Edan… mas Bob, edan… Kontholmu besar sekali… Konthol pacan-pacanku dahulu dan juga konthol kak Dai tidak sampai sebesar in Edan… edan…,” ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik tangan kanannya meremas*remas perlahan kontholku secara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hiatnya menana kejantananku. Remasannya itu mempenhebat vohtase dam rasa nikmat pada batang kontholku.

“Mas Bob. kita main di atas kasur saja…,” ajak Ika dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu binahi.

Aku pun membopong tubuh telanjang Ika ke ruang dalam, dan membaringkannya di atas tempat tidun pacarku. Ranjang pacarku ini amat pendek, dasan kasurnya hanya terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai. Ketika kubopong. Ika tidak mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh kasur, tangannya menanik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kuhit punggungnya yang halus mulus kuremas-remas dengan gemasnya.

Kemudian aku menindih tubuh Ika. Kontholku terjepit di antara pangkal pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan kulit pahanya mengalir ke batang kontholku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Ika. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Ika yang bagus. Kukecup leher jenjang Ika yang memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Ika. Gesekan di kulit paha yang licin itu membuat batang kontholku bagai diplirit-plirit. Kepala kontholku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Ika.

Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada montok Ika. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku. Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Ika. Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.

“Mas Bob… geli… geli …,“ kata Ika kegelian.

Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Ika. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya

dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Ika. Sementara kontholku semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.

“Mas Bob… mas Bob… ngilu… ngilu… hihhh… nakal sekali tangan dan mulutmu… Auw! Sssh… ngilu… ngilu…,” rintih Ika. Rintihannya itu justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara kontholku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha Ika.

Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Ika dari gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kontholku untuk mencari liang memeknya. Kuputar-putarkan dahulu kepala kontholku di kelebatan jembut di sekitar bibir memek Ika. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki kepala kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli tetapi enak.

“Mas Bob… masukkan seluruhnya mas Bob… masukkan seluruhnya… Mas Bob belum pernah merasakan memek Mbak Dina kan? Mbak Dina orang kuno… tidak mau merasakan konthol sebelum nikah. Padahal itu surga dunia… bagai terhempas langit ke langit ketujuh. mas Bob…”

Jan-jari tangan Ika yang lentik meraih batang kontholku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.

“Edan… edan… kontholmu besar dan keras sekali, mas Bob…,” katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang memeknya.

Sesaat kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memeknya yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, konthol kutekankan masuk ke liang memek. Kini seluruh kepala kontholku pun terbenam di dalam memek. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum kepala kontholku dengan enaknya.

Aku menghentikan gerak masuk kontholku.

“Mas Bob… teruskan masuk, Bob… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” Ika protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kontholku hanya masuk ke lobang memeknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kontholku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ika menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.

“Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, mas Bob. Geli… Terus masuk, mas Bob…”

Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara gerakan kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! Kontholku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memek Ika dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang kontholku bagaikan diplirit oleh bibir dan daging lobang memeknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!

“Auwww!” pekik Ika.

Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di dalam memek Ika tanpa bergerak sedikit pun.

“Sakit mas Bob… Nakal sekali kamu… nakal sekali kamu….” kata Ika sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.

Aku pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memek Ika. Aku tidak tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang memek Ika yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kontholku yang masuk memeknya serasa dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan agak kuatnya. Pijitan dinding memek itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontholku.

“Bagaimana Ika, sakit?” tanyaku

“Sssh… enak sekali… enak sekali… Barangmu besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memekku…,” jawab Ika.

Aku terus memompa memek Ika dengan kontholku perlahan-lahan. Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang. Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kontholku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memeknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Ika. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontholku tidak tercabut dari lobang memeknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ika kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok memeknya perlahan dengan kontholku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di kontholku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di memek Ika.

Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan konthol perlahan di memeknya, tanganku meremas-remas payudara montok Ika. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ika pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.

“Ah… mas Bob, geli… geli… Tobat… tobat… Ngilu mas Bob, ngilu… Sssh… sssh… terus mas Bob, terus…. Edan… edan… kontholmu membuat memekku merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar memek, mas Bob. Nyemprot di dalam saja… aku sedang tidak subur…”

Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memek Ika.

“Ah-ah-ah… benar, mas Bob. benar… yang cepat… Terus mas Bob, terus…”

Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ika. tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontholku di memek Ika. Terus dan terus. Seluruh bagian kontholku serasa diremas*-remas dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memek Ika. Mata Ika menjadi merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

“Sssh… sssh… Ika… enak sekali… enak sekali memekmu… enak sekali memekmu…”

“Ya mas Bob, aku juga merasa enak sekali… terusss… terus mas Bob, terusss…”

Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontholku pada memeknya. Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.

“Mas Bob… mas Bob… edan mas Bob, edan… sssh… sssh… Terus… terus… Saya hampir keluar nih mas Bob…

sedikit lagi… kita keluar sama-sama ya Booob…,” Ika jadi mengoceh tanpa kendali.

Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Sunda yang molek satu ini tahu bahwa lelaki Jawa itu perkasa. Biar dia mengakui kejantanan orang Jawa yang bernama mas Bobby. Sementara kontholku merasakan daging-daging hangat di dalam memek Ika bagaikan berdenyut dengan hebatnya.

“Mas Bob… mas Bobby… mas Bobby…,” rintih Ika. Telapak tangannya memegang kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.

lbarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya. Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam “mengayuh sepeda” aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur kontholku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.

“Mas Bob… ah-ah-ah-ah-ah… Enak mas Bob, enak… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar mas Bob… mau keluar… ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…”

Tiba-tiba kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memek Ika dengan sangat kuatnya. Di dalam memek, kontholku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari memek Ika dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ika meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Ika pun berteriak tanpa kendali:

“…keluarrr…!”

Mata Ika membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ika kurasakan mengejang.

Aku pun menghentikan genjotanku. Kontholku yang tegang luar biasa kubiarkan diam tertanam dalam memek Ika. Kontholku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan memek Ika. Kulihat mata Ika kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.

Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding memeknya pada kontholku berangsur-angsur melemah. walaupun kontholku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ika lalu kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ika dengan mempertahankan agar kontholku yang tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.

“Mas Bob… kamu luar biasa… kamu membawaku ke langit ke tujuh,” kata Ika dengan mimik wajah penuh kepuasan. “Kak Dai dan pacar-pacarku yang dulu tidak pernah membuat aku ke puncak orgasme seperti ml. Sejak Mbak Dina tinggal di sini, Ika suka membenarkan mas Bob saat berhubungan dengan Kak Dai.”

Aku senang mendengar pengakuan Ika itu. berarti selama aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Ika dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti

dalam onaninya. Bagiku. Dina bagus dijadikan istri dan ibu anak-anakku kelak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh aduhai Ika enak digeluti dan digenjot dengan penuh nafsu.

“Mas Bob… kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan… kamu perkasa… dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya…”

Aku bangga mendengar ucapan Ika. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari dugaannya. Perempuan Sunda ini harus kewalahan menghadapi genjotanku. Perempuan Sunda ini harus mengakui kejantanan dan keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan pendakianku di saat Ika sudah mencapai orgasmenya. Kontolku masih tegang di dalam memeknya. Kontolku masih besar dan keras, yang haruss menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.

Aku kembali mendekap tubuh mulus Ika, yang di bawah sinar lampu kuning kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Kontholku mulai bergerak keluar-masuk lagi di memek Ika, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding memek Ika secara berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontholku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontholku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh memek Ika beberapa saat yang lalu.

“Ahhh… mas Bob… kau langsung memulainya lagi… Sekarang giliranmu… semprotkan air manimu ke dinding-dinding memekku… Sssh…,” Ika mulai mendesis-desis lagi.

Bibirku mulai memagut bibir merekah Ika yang amat sensual itu dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Ika serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan mama gerak maju-mundur kontholku di memeknya.

“Sssh… sssh… sssh… enak mas Bob, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis bibir Ika di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.

Sambil kembali melumat bibir Ika dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kontholku di memeknya. Pengaruh adanya cairan di dalam memek Ika, keluar-masuknya konthol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Mulut Ika di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,

“Mas Bob… ah… mas Bob… ah… mas Bob… hhb… mas Bob… ahh…”

Kontholku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ika menyusup ke bawah dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Ika pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kontholku ke dalam memek Ika sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk memek Ika sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang kontholku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek Ika. Sampai di langkah terdalam, mata Ika membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar memek, konthol kujaga agar kepalanya yang mengenakan helm tetap tertanam di lobang memek. Remasan dinding memek pada batang kontholku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir memek yang mengulum batang kontholku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang kontholku. Pada gerak keluar ini Bibir Ika mendesah, “Hhh…”

Aku terus menggenjot memek Ika dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali bekerja di kontholku. Tangan Ika meremas punggungku kuat-kuat di saat kontholku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memeknya. beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontholku dan memek Ika menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrtt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Ika:

“Ak! Uhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”

Kontholku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:

“lka… Ika… edan… edan… Enak sekali Ika… Memekmu enak sekali… Memekmu hangat sekali… edan… jepitan memekmu enak sekali…”

“Mas Bob… mas Bob… terus mas Bob rintih Ika, “enak mas Bob… enaaak… Ak! Ak! Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”

Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke memeknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontholku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun semakin menghebat.

“Ika… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.

“Mas Bob… mas Bob… mas Bob! Ak-ak-ak… Aku mau keluar lagi… Ak-ak-ak… aku ke-ke-ke…”

Tiba-tiba kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding memek Ika mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.

Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontholku terasa disemprot cairan memek Ika, bersamaan dengan pekikan Ika, “…keluarrrr…!” Tubuh Ika mengejang dengan mata membeliak-beliak.

“Ika…!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ika sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi.

Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memek Ika yang terdalam. Kontholku yang terbenam semua di dalam kehangatan memek Ika terasa berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya aku dan Ika terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam kontholku. Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi air mani yang masih tersisa ke dalam memek Ika. Kali ini semprotannya lebih lemah.

Perlahan-lahan tubuh Ika dan tubuhku pun mengendur kembali. Aku kemudian menciumi leher mulus Ika dengan lembutnya, sementara tangan Ika mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil bermain seks dengan Ika. Pertama kali aku bermain seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan Sunda yang bertubuh kenyal, berkulit kuning langsat mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai. Tidak rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh orang semolek Ika.

“Mas Bob… terima kasih mas Bob. Puas sekali saya. indah sekali… sungguh… enak sekali,” kata Ika lirih.

Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Baru ketika jam dinding menunjukkan pukul 22:00, aku dan Ika berpakaian kembali. Ika sudah tahu kebiasaanku dalam mengapeli Dina, bahwa pukul 22:00 aku pulang ke tempat kost-ku sendiri.

Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Ika dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.

“Mas Bob… kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Bob… Jangan khawatir, kita tanpa Ikatan. Ika akan selalu merahasiakan hal ini kepada siapapun, termasuk ke Kak Dai dan Mbak Dina. Ika puas sekali bercumbu dengan mas Bob,” begitu kata Ika.

Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih yang tidak mau diberi kenikmatan secara gratis dan tanpa ikatan? Akhirnya dia keluar dari kamar dan kembali masuk ke rumahnya lewat pintu samping. Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku. 

Tragedi Terminal

Tragedi Terminal

Hari itu Nova terpaksa pulang malam pukul 22.00 karena bank tempatnya bekerja sedang mengalami masalah teknis. Seperti biasa gadis berambut sebahu, dada montok dan bahenol ini pulang menggunakan angkot dan berlanjut dengan bis dari terminal.

Karena larut malam dan hujan dari sore, terminal malam itu lebih sep dari biasanya. Nova yang turun dari angkot berjalan santai menyusuri jalur bis yang sepi. Tiba2 3 orang preman yang saat itu sedang mabuk menggodanya. Acil, Tompel dan Didin masing-masing adalah preman senior disitu.

“ceweeek, mau kemana ni?” kata Acil

Nova diam saja tak acuh sambil mempercepat langkahnya. Ketiga preman itu terus mengikuti. Tiba-tiba Didin yang bertubuh tinggi kekar menghadang Nova.” Eh neng belagu amat si disapa diem aja”. Nova yang melihat gelagat tak baik langsung berlari. Tapi ternyata Nova kalah cepat. Tangan Tompel keburu memegang tangan Nova yang lembut.

Nova meronta dan mencoba berteriak tapi 3 preman itu keburu membekapnya dan menariknya ke dalam salah satu gang. Disitu cukup gelap dan sepi. Nova dipegangi kedua tangannya kebelakang. Acil membuka kemeja Nova sambil meraba dadanya dan Tompel meraba selangkangan Nova yang tertutup celana jins.

“udah neng diem aja..nikmatin aja”, kata Acil sambil mengeluarkan pisau mengancam Nova.

Nova kemudian dilumat bibirnya oleh Acil. Cukup lama dan kemudian ia dipaksa jongkok. Tompel sudah siap membuka celananya dan terlihat kontol besar beruratnya tegang mengacung.

“isep ni punya gue” Tompel menarik kepala Nova ke kontolnya. Mulut Nova yang tertutup kembali diancam Acil dengan pisau. “isep tuh ato lu gue bacok disini”. Nova yang ketakutan akhirnya membuka mulutnya dan mengulum kontol Tompel.

Lima menit lebih Nova mengocok kontol Tompel dengan mulutnya. Dan tak lama kemudian Tompel mempercepat sodokan kontolnya ke mulut Nova. Crooott… Tompel orgasme dan spermanya belepotan di mulut Nova. Ia terpaksa menelan sebagian sperma kental itu.

Nova kemudian diseret memasuki sebuah lorong diantara bangunan kosong belakang terminal. Disitu sangat gelap dan tak ada orang. Acil membuka salah satu pintu di ujung lorong. Sebuah ruangan kosong berukuran 5 x 7 meter siap menyambut Nova. Ruangan ini kosong dan sering dipakai tidur para preman terminal. Makanya ada 2 buah kasur di lantai ruangan ini.

Nova dicampakan ke kasur. Kancing kemejanya sudah terbuka 3 buah. BHnya kelihatan termasuk belahan tokednya. Ia terlentang sambil dikerubuti 3 preman. Acil memegangi kedua tangan Nova sementara Didin dan Tompel membuka baju dan menarik celana jins Nova.

“wah mulus juga nih cewek,” kata Didin

“iya ayok kita entot aja sekarang” kata Tompel

Tompel mulai meraba raba toked Nova sambil meremas putingnya. “aaaaahhhhhhh…jangaaaaaann aaaaaaah..” Nova merintih. Tompel terus dengan garang meraba bagian perut Nova dan kemudian menyusupkan tanganya ke balik CD Nova. Tangannya meraih garis lubang vagina Nova yang ternyata agak basah,

“wah udah basah ni cewek, nafsu juga lu ya?” Tompel tertawa

Ia langsung mengobok-obok memek Nova sambil memainkan klitorisnya. Nova kelojotan sambil mengerang kesakitan dan menahan nikmat. Sesekali Nova merasakan nikmatnya permainan di daerah vagina nya tapi jika ia orgasme maka preman-preman ini pastinya akan semakin menggila.
Didin yang tak sabar lagi kini mengambil posisi di depan Nova. Ia melepas pakaiannya sendiri dan celananya. Terlihatlah kontolnya yang panjang mengacung keras.

Sreeett… sekali tarik, CD nova kini terlepas dari tubuh seksinya. Kedua kaki mulusnya tertutup rapat dengan vaginanya yang terlihat sedikit bulu-bulunya. Ia memegang kedua kaki gadis itu dan membukanya lebar-lebar. Kini Nova mengangkang lebar!

Vagina Nova kini terlihat dengan bulu2 tipisnya. Garis memeknya terbuka sedikit dan terlihat dalamnya berwarna pink dan mengkilap karena cairan vagina yang mulai keluar. Tak ambil pusing lagi, Didin segera membenamkan wajahnya ke memek Nova. Lidahnya yang kasar mulai menyapu daerah selangkangan dan berangsur ke tengah hingga liang vagina dan klitorisnya.

“ooooooowwwhhhhhhhh…” Nova merintih, entah menahan nikmat atau menolak perbuatan Didin. Yang jelas badannya langsung mengejang begitu memeknya menerima sapuan lidah kasar Didin.

“mmmhhh enak bener memek lo neng” kata Didin sambil terus menjilati memek Nova dan memainkan klitoris dengan lidahnya. Nova semakin kelojotan kaena perlakuan Didin, sementara Acil dan Tompel memegangi tangan Nova yang mulai memberontak sambil menghisap pentil susunya. Nova benar-benar dikeroyok 3 pria garang.

“udah.. udah.. sekarang giliran gue,” kata Tompel

Kini Tompel menggantikan posisi Didin namun Tompel tidak menjilati memek Nova tapi langsung menggesek-gesekan kontolnya ke gerbang vagina Nova.

“aaahh.. ampun bang..jangaaan” Nova memelas agar tidak dientot. Tapi Tompel justru semakin nafsu dengan rintihan seksi itu. Kontol gedenya kini berada tepat menempel di depan liang memek Nova.

Slleeeebb.. sekali dorong, masuklah kontol gede itu merangsek memek Nova yang masih sempit. Tompel mendorongnya pelan2 agar gesekan dengan dinding vaginanya berasa. Setelah sampai dalam kemudian ia menariknya lagi pelan2. Begitu seterusnya hingga Nova yang tadinya meringis kesakitan berganti menjadi desahan-desahan nikmat.

“oohhhhhhh…mmmhhhhhhhh…” Nova kini merintih semakin seksi saat Tompel mulai menggenjotnya semakin kencang.

“tahan neng..aahhhh… memek lu enak banget…oohhhhhhh” Tompel semakin kencang memompa memek Nova. Smentara Acil dan Didin sudah tidak lagi memegangi tangan Nova karena Nova sendiri sudah mulai menyerah dan pasrah tubuhnya digarap habis-habisan.

15 menit kemudian Tompel menarik kontolnya dan mengarahkan nya ke mulut Nova. Crooot crroot.. sperma Tompel berhamburan di wajah Nova.
“hmmm enak juga cuy tu cewek..giliran lu deh sekarang” kata Tompel.

Didin kini berdiri di depan tubuh Nova yang terlentang bugil tak berdaya. Ia mengangkat kaki Nova ke pundaknya. Kontolnya kini siap menghujam memek Nova. Slleeebb.. kontol Didin kini mendapat giliran mengobok obok memek Nova yang sudah terasa kering.

Nova kembali meringis kesakitan. “aaahhhh pelan pelaaan..sakiiiiit” teriak Nova.

“oo elo mau yang maen alus ya? Hahaha boleh deh..ternyata lu romantis juga ya?” ledek Didin. Ia segera memeluk Nova dan menciumi bibir Nova perlahan dan mesra. “mmmhhhh… cantik juga ya lu.. mmhhh..romantis lagi” Didin terus menciumi bibir, pipi dan leher Nova. Perlahan-lahan, ia mulai kembali menyodok memek Nova. Kali ini Nova tidak kesakitan. Pertanda bagus, Nova sudah mulai terangsang!

“gue entot lagi ya neng..” kata Dididn sambil mempercepat sodokannya.

“aahh…mmhhhh… aaaaaahhhhh….” Nova kembali merintih akibat sodokan Didin. Memeknya kini mulai basah akibat rangsangan yang bertubi-tubi.

Hampir 20 menit Nova digenjot oleh Didin. Ia kini mulai terengah-engah meladeni preman bernafsu besar ini.

“udah sekarang lu nungging” kata Didin. Nova tak bergerak karena kelelahan. Didin kemudian menarik tubuh gadis ini dan membalikkan tubuhnya sambil mengangkat pinggulnya. “ayo buruan nungging!” bentak Didin.

Kini Nova nungging. Pantat bahenolnya menghadap keatas siap dihujam kontol. Didin segera mengambil posisi di belakang pantat Nova sambil memegangi pinggulnya. Kontolnya kini siap merangsek pantat Nova.

“ooohhhhh…jangan bang..sakiiiiit” teriak Nova. Didin tak peduli sambil terus menusuk pantat Nova dengan kontolnya.

“aaaaahhhh….oooooohhhhhhhhh” Nova cuma bisa menahan sakit di duburnya dan pasrah begitu saja. Hampir sepuluh menit Didin mengerjai pantat Nova dan kemudian.. crooot..croot .. sperma Didin menyembur di dubur Nova. Sejenak ia membiarkan kontolnya terbenam di dalam pantat Nova sementara Nova kini lemas terkulai.

“ aaahhh.. enak juga ternyata pantat lo ya” kata Didin.

Didin kemudain beristirahat sejenak sementara Nova terkulai lemas karena lobang memek dan pantatnya telah dikerjai habis2an. Acil kini menghampiri tubuh Nova. Ia menyodorkan kontolnya ke wajah Nova.

“heh isep nih punya gue” katanya sambil menjambak rambut Nova dan memaksanya mengulum seluruh batang kontolnya.

“mmmmmm…mmmmpphhh” Nova cuma bisa pasrah sambil menelan seluruh batang kontol Acil. Tak cuma itu, kini Tompel yang sudah mulai tegang lagi juga ikut berdiri di samping Acil sambil mengocok kontolnya. “isep juga dong punya gue” kata Tompel.

Kini Nova melayani oral seks 2 pria dengan kontol2 yang super gede dan keras. Secara bergiliran ia mengulum satu per satu kontol pria2 itu. Didin diam-diam merekam adegan itu dengan hapenya.

“udah sekarang giliran gue..” kata Acil sambil menarik tubuh Nova dan mengangkangkan kedua kakinya. Dengan gahar Acil menciumi dan menjilati memek Nova.

“ooooooowwwhhhhh…” Nova kembali menggelinjang menahan geli. Sementara Tompel menyerbu bibir Nova dengan kecupan kecupan liar sambil tangannya meremas toketnya. Didin tak mau ketinggalan. Ia menghampiri Nova dan memaksa Nova mengocok kontolnya. Nova kembali dikerubuti 3 preman.

Hampir 30 menit mereka bergiliran menggarap Nova. Mereka berganti posisi sambil terus mengerjai tubuh Nova. Acil mengocok memek Nova dengan kontolnya. Meski gadis ini mulai kewalahan tapi sesekali ia masih meladeni oral dari Tompel dan Didin.

“hmmm enak banget si memek lo? Lo doyan ngentot ya neng?” kata Acil sambil terus menyodok memek Nova dengan kontolnya. Sementara Nova hanya diam saja menahan sodokan Acil yang bertubi tubi menghujam memeknya.

Didin dan Tompel begiliran memasukan kontol mereka ke dalam mulut Nova. “ayo bikin gue ngecrot dong” kata Tompel, “kalo belum crot gak bakal gue cabut dari mulut lu”.

Nova terpaksa mengulum kontol Tompel dengan penuh nafsu. Ia menjilati sambil menghisap kontol itu sampai benar-benar crot. Begitu juga dengan Didin. Nova terpaksa karena hanya dengan cara itu ia bisa bebas dari oral seks.

Crooot.. Nova merasakan cairan hangat masuk ke dalam liang surganya. ia hanya bisa pasrah sambil ngos-ngosan kelelahan. Acil mencabut kontolnya dan terlihat sperma Acil yang begitu banyak tumpah keluar dari memek Nova.

Ternyata Acil belum selesai. Ia kembali menindih Nova sambil mengulum bibir manis gadis itu. “mmmmmhh… makasih ya sayang. Lo enak banget dientot” Acil terus menciumi bibir Nova dan kemudian lehernya sambil memeluknya mesra. Sementara Didin dari tadi merekam adegan itu dengan hape nya.

Nova kini tinggal mengangkang dengan memeknya yang dipenuhi sperma. Tangannya terlentang dan kedua kainya mengangkang lebar. Ia ditinggal bugil begitu saja di ruangan itu. Saat ketiga preman itu keluar ruangan, mereka bertemu dengan 4 preman lain.

“wah abis ngapain ni kalian di ruangan belakang?”
“biasa” kata Acil sambil menarik resleting.

Ke 4 preman itu masuk ke ruangan itu dan mendapati tubuh bugil Nova yang masih terlentang.

“nah giliran kita sekarang yang pesta”

Dan pemerkosaanpun berlanjut lagi 

Lia Siswi SMP Yang Malang

Lia Siswi SMP Yang Malang 

Sungguh malang nasib ita,mahasiswi yang berwajah manis dan bertubuh mungil itu harus mengalami nasib yang tragis.dia diperkosa bergilir oleh teman kampusnya.ita yang kuliah disebuah kampus di kota "P" memang memiliki kesempurnaan tubuh yang mampu memikat siapa saja dari kaum adam wajahnya yang manis,tubuh yang padat berisi,postur mungilnya serasi dengan sepasang payudara yang bulat dan tidak terlalu besar serta rambut pendek sebahu semakin menambah kecantikannya.sifatnya yang mudah bergaul memungkinkan dia banyak teman baik cewe atau cowo.dikampus dan pergaulannya dia sering mengenakan jilbab,walau begitu jika sedang dirumah dia tak berjilbab dan berpakain santai seperti cewe kebanyakan.

Kejadiam bermula pada hari sabtu siang ketika ita baru saja pulang dari kampus dan hendak beristirahat.tiba-tiba hp miliknya berdering.dilayar tercantum nama doni.dia adalah teman kampus ita.

"halo don,ada apa?".sapa ita.
"holo juga,ga aku cuma mau ngajak kamu belajar bareng dirumahku!"jawab doni.
"sama sapa aja?" tanya ita lagi.
"sama aku,heri,tio,agus terus evi,ika sama tika juga ikut".jelas doni.

Karna merasa ada cewe lain yang ikut akhirnya ita pun mengiyakan ajakan doni.
Sekitar pukul 3 sore dia menuju rumah doni yang berjarak tak jauh dari kost-kostan ita.dia mengenakan jilbab hitam serta kaus lengan panjang berwarna merah muda serta celana jeans yang makin membuat lekuk tubuhnya terlihat walau dia berjilbab.
Berapa saat kemudian ita sampai dirumah doni disana sudah ada agus,tio dan heri namun dia belum melihat ada cewe yang datang.

"eh kalian dah nyampe,mana vivi sama yang lain?"tanya ita.
Mereka tak menjawab pertanyaan ita.agus langsung bangkit dan mengunci pintu sedangkan tio,heri dan doni menghampiri ita yang berdiri kebingungan.
"eh,apa-apaan ini?apa yang akan kalian lakukan?".ita mulai panik dengan keadaan ini.
"tenang sayang,kita akan bersenang senang sampai pagi!"doni menimpali ita dengan senyum yang aneh.

Sementara tio dan heri mulai menghampiri ita dan memegang kedua tangan ita.agus langsung maju dan memeluk ita dan memaksa memagut bibir mungil ita.tio dan heri mulai bergerilya dipayudara mungil ita yang menawan.doni tak mau kalah dia memeluk ita dari belakang tangannya bergerilya kedaerah selangkangan ita,mengelus vagina ita dari luar.doni mulai mencari retsleting celana jeans ita untuk membukanya.ita tak bisa berbuat apa-apa karena kedua tangannya dipegang erat oleh tio dan heri.sementara agus yan memagut bibirnya membuat dia susah bernafas.

Akhirnya doni berhasil membuka celana jeans milik ita dan menurunkannya sampai batas mata kaki.doni kembali berdiri dan kembali meraba vagina ita.kali ini dia langsung menyentuh vagina ita melalui celah CD warna krem milik ita.

"wah,memek kamu anget banget,jembutnya juga halus!".komentar doni.
Tio dan heri tak mau kalah mereka mulai melucuti kaos yang dikenakan ita,agus pun berhenti memagut ita untuk memudahkan tio dan heri membuka kaos ita.kiti ita berdiri dengan jilbab dan bh serta cd saja,dikelilingi oleh 4 pria yang menatapnya dengan buas seolah-olah siap menghabisi mangsanya.

"bener-bener mulus nih cewe,susunya juga montok".komentar heri.
Ita yang merasa risih langsung menyilangkan kedua tangannya untuk menutup payudara dan vaginanya.
"wah,jangan malu-malu gitu dong,kamu khan cantik".timpal tio.

Kemudian agus mendekat dan memeluk tubuh ita tangannya bergerilya dipunggung ita untuk mencari pengait bh ita.kemudian tanpa ragu-ragu agus membuka bh hitam milik ita.semua pria menatap kagum pada payudara ita yang ranum dengan pentil merah muda yang terlihat begitu segar dan menggoda.

Tanpa komando mereka mengerubuti tubuh bugil ita.doni dan agus berbagi payudara ita sementara tio melepas cd ita dan mulai memainkannya dia menjilat dan membuka vagina ita dengan kedua jarinya tak lupa dia juga menggosok klitoris mungil milik ita.sementara tio memeluk ita dari belakang dan mencium bibir ita dengan semangat.beberapa kali mereka berpindah peran hingga semua mencicipi bibir,payudara,vagina dan pantat sekal ita.entah sudah berapa kali ita orgasme,tubuhnya terasa lemas.mungkin jika tak ditopang oleh agus,ita sudah jatuh lemas.seluruh tubuhnya basah oleh keringat yang semakin memancarkan aroma khas yang menggoda pria disekitarnya.mereka sudah merasakan cairan vagina ita yang manis dan gurih,sudah hampir 30 menit mereka menggerayangi ita diruang tamu dalam posisi berdiri.hingga akhirnya doni mengambil gelang besi yang terikat tambang.

kemudian dia memasangkan gelang itu dikaki kanan ita,kemudian doni menarik tambang dan memaksa ita yang lemah untuk melangkah.doni membawa ita ke kamarnya.disana ada tempat tidur yang cukup luas.kemudian doni memasang gelang lagi dikedua tangan ita kemudian mengaitkan dengan tambang untuk menggantungkan ita.kembali ita akan diperkosa dalam keadaan berdiri.kini kondisinya lebih parah karena tangannya terikat keatas yang semakin mengekspos keindahan tubuhnya.ketiaknya juga menjadi daya tarik tersendiri. 

Kini keempat pria itu sudah bugil,ita semakin takut diapun memejamkan mata dan meneteskan air mata.dia tak sanggup membayangkan bagaimana nasibnya nanti.jilbab hitam milik ita masih setia menemaninya walau sudah acak-acakan.

"saatnya ngentot memek".suara heri menggentarkan hati ita yang tak berdaya.
Kembali mereka mendekati tubuh ita,agus mejelajahi wajah dan leher ita sebelum akhirnya berhenti dibibir mungil ita.sementara doni dan tio berbagi payudara ita,sedangkan heri duduk dibawah diantara selangkangan ita kemudian mengangkat kedua kaki ita yang tergantung keatas pundaknya kemudian dengan rakusnya dia menjilati vagina perawan ita yang masih berbentuk garis lurus dan ditumbuhi sedikit rambut halus diatasnya.mereka terus menyerbu tubuh mungil nan mulus milik ita hingga tak terhitung berapa kali ita orgasme dan berapa kali mereka orgasme yang jelas kini tubuh ita penuh dengan sperma milik keempat pria tersebut,setelah hampir 1 setengah jam mereka menggerayangi ita mereka mulai lemas,merekapun beristirahat dan membiarkan tubuh ita tergantung lemas dengan telapak kaki agak menjijit tak sampai dilantai.melihat ada karet gelang dan jepit jemuran ide mesum agus tiba-tiba muncul.
"kayaknya kalo pentil sama itil kamu dikasih ini pasti tambah cantik". Kata agus sambil mendekati ita.
Ita tak percaya dan menggelengkan kepala tanda tak setuju.
"jangan,tolong jangan please...."ucap ita penuh iba agar agus tak melakukan hal itu.

Namun hal itu tak berpengaruh pada agus dia mendekati ita dan menyingkap ujung jilbabnya yang menutupi sebagian payudaranya.agus mulai mengikat puting ita dengan karet kemudian menjepitnya dengan jepitan jemuran.sungguh pedih sekali,itapun kembali menitikan air mata menahan sakit.sementara tio,doni dan heri hanya tertawa menyaksikan keisengan temannya sambil masing2 memegang penisnya untuk onani.namun itu belum selesai,agus kemudian jongkok dan membuka bibir vagina milik ita dengan jarinya untuk mencari klitorisnya.setelah ketemu tanpa permisi agus langsung menjepitkan penjepit jemuran di klitoris mungil ita.yang terdengar selanjutnya adalah erangan memilukan dari mulut ita yang menahan sakit dan perih,namun hal itu justru menjadi lagu yang merdu penuh nafsu bagi agus dan kawan kawan.setelah selesai mengerjai ita,agus kembali duduk dilantai bersama tio dan yang lainnya sambil menatap diri ita yang tergantung tak berdaya dengan jilbab hitam dan airmata yang terus mengalir serta penjepit jemuran dipayudara dan vagina ita.

"gimana rasanya memek sama payudara dijepit gitu?sakit ga?"celoteh tio.
Ita hanya menunduk dan memejamkan matanya.
Hampir 20 menit digantung dengan puting dan klitoris dijepit membuat ita lemas dan mati rasa.
"eh,siapa nih yang dapet memek perawan punya ita?". Suara tio tersebut jelas menimbulkan rasa takut pada diri ita.menyadari dirinya akan kehilangan keperawanannya dengan tragis.
"ya gue dulu lah,kan gue yang punya rumah".protes doni.
"tapi kan gue yang punya ide".jelas tio.
Akhirnya merekapun berdiskusi hingga akhirnya heri memberi usul.

"gimana kalo kita main kartu aja yang menang duluan berarti yang dapet memek ita pertama".
Merekapun menyetujuinya,akhirnya mereka melepaskan ikatan ita kemudian merebahkannya dilantai keramik.mereka hendak mejadikan ita sebagai "meja"permainan kartu mereka.dinginnya lantai keramik begitu terasa menusuk ditubuh ita,setelah itu mereka berempat mulai duduk mengelilingi ita.doni disamping kanannya sementara tio disebelah kirinya kemudian heri berada diatas kepala ita dan agus berada diantara selangkangan ita.permainan pun dimulai,ditengah permainan mereka juga mencuri-curi kesempatan untuk menjamah tubuh ita bahkan doni dan tio yang berada disamping ita menuntun ita untuk memainkan penis mereka masing-masing.doni dan tio merasakan nikmat yang luar biasa ketika tangan mulus ita menyentuh penis mereka.beberapa saat kemudian,heri menang disusul doni tio kemudian agus.itu artinya herilah yang beruntung menyicipi vagina ita untuk pertama kalinya.
Tanpa basa-basi heri menyeret ita keranjang empuk milik doni.disinilah heri akan mengambil keperawanan ita disaksikan oleh ketiga temannya.

Heri langsung menindih tubuh mungil ita,dada heri menindih payudara ita yang padat berisi,penisnya bergerilya dipermukaan vagina ita.heri mengerang nikmat dan memandangi wajah ita yang sedang memejamkan mata merasa ketakutan.jilbab hitamnya sudah lecek dan basah oleh airmata,keringat dan sperma mereka berempat.

Heri mulai mencari lubang vagina ita untuk dimasuki oleh penisnya,mulutnya masih mencium bibir ita serta tangannya meremas payudara ita.penis heri mulai menemukan apa yang dicari perlahan mulai didorongnya penis itu makin dalam,ita merasa penis itu terlampau besar untuk vaginanya diapun kembali memejamkan matanya lebih erat,sementara penis heri makin masuk kedalam vaginanya.
"ah...wah,bener-bener sempit nih memeknya ita,anget lagi".celoteh heri yang membuat teman-temannya iri. 

Akhirnya penis heri sudah masuk seluruhnya kedalam vagina ita.nampak darah segar mengalir dari vagina milik ita yang menandakan bahwa dia masih perawan.

"aahhh.......sakiiitt....periiihh....!".rintih ita yang nyaris tak terdengar.
Heri sejenak berhenti dan menikmati sensasi lubang sempit itu.

"tenang sayang,sebentar lagi juga enak kok...memek kamu bener-bener sempit.!"heri berujar sambil tangannya tak henti bergerilya dipayudara milik ita.

Sementara itu,sambil menunggu giliran,dino,agus dan tio beronani sambil menonton pertunjukan hot secara live.
Setelah cukup lama terdiam akhirnya heri mulai menggerakan penisnya perlahan-lahan namun dengan tempo yang terus bertambah.

"ahh...ah...ahh..uh...uh...sudah cukup hentikan panaas...periiih....cukuup...!".jerit ita histeris.

Hal ini wajar karena selain ini yang pertama baginya,ukuran penis doni dan kondisi vagina yang masih sempit dan kering juga ikut berpengaruh menambah rasa sakit.
Sementara itu,heri makin intens menggenjot vagina ita diselingi dengan mengecup bibir mungil ita dan meremas atau melumat payudara ita.

Sudah hampir 20 menit heri menggenjot ita,vagina ita juga sudah mulai licin oleh cairan cinta dari vaginanya.
Akhirnya heri mempercepat genjotannya.ita semakin erat meremas sprei dan bantal yang ada ditangannya.hingga akhirnya heri mencapai klimaks.
"ah...telan pejuku,telan semua,masukin ke memek kamu".erang heri.

Akhirnya heri berbaring lemah diatas tubuh mungil ita sebelum penisnya mengecil dan menyabutnya.
Kini ita sudah lemah sekujur tubuhnya penuh keringat.tak ada lagi wangi parfum yang tersisa,jilbabnya juga basah oleh keringat dan airmatanya.sementara itu,lelehan darah bercampur sperma mengalir dari lubang vaginanya.
Namun,penderitaannya belum usai,masih ada tiga pria yang menanti untuk dipuaskan.
"giliran gue nih!"sorak doni dengan riang.

Doni segera menghampiri tubuh ita yang sudah lemas.tak lupa doni mengambil cd milik ita,cd itu ia gunakan untuk membersihkan vagina ita yang penuh dengan bekas sperma heri dan darah perawan ita.setelah itu,doni tidur terlentang dan segera mengangkat tubuh ita untuk menindihnya.rupanya doni ingin memperkosa ita dalam posisi women on top.ita yang sudah lemas menurut saja ketika doni menariknya dan meletakannya diatas tubuh doni,setelah itu,doni mulai mengecup kening,pipi dan tentu saja bibir ita yang sangat menggoda itu.

Tangan kanannya berada dipayudara sintal milik ita sementara tangan kirinya sibuk mencari klitoris ita disela vaginanya,dia ingin vagina ita basah dahulu sebelum dia memasukan penisnya.rupanya cara itu cukup ampuh,beberapa saat kemudian dia merasa jari tangannya mulai basah oleh cairan cinta itu.
"akhirnya keluar juga,gimana enak ga?nih kamu jilat jariku bekas memek kamu!".perintah doni sambil memaksa ita untuk membuka mulut dan memasukan jarinya.
Ita pun akhirnya menjilat jari tangan doni dengan rasa jijik.
"saatnya mulai....nih,rasain kontol ku yang bakal ngebor dimemek kamu." seru doni.

Akhirnya perlahan doni memasukan penisnya kedalam vagina ita,cairan yang keluar jelas sangat membantu.penis itu terasa mudah menerobos vagina ita.setelah masuk seluruhnya doni mulai menggenjot tubuh ita,hal itu membuat pantat ita yang bulat padat bergoyang penuh gairah dimata agus,tio serta heri.kemudian agus yang tak tahan menghampiri mereka dan langsung mencium pantat ita,tak hanya itu,agus mulai meludahi pantat ita dan jarinya setelah itu dia mulai memasukan jarinya kedalam lubang dubur ita yang sangat sempit.jelas hal ini membuat ita sangat kesakitan,apalagi tak hanya satu jari yang masuk namun dua sekaligus jari telunjuk dan jari tengah agus.

"aduuuh....sakiiit....!!!".jerit ita yang merasakan ada benda asing dikedua lubang pribadinya.
Doni dan agus terus mengerjai kedua lubang milik ita,doni merasa ita sudah dua kali orgasme,sekarang tubuh ita lemas dan hanya pasrah menerima perlakuan mereka.akhirnya doni merasa akan mencapai klimaks.

"ah....ah...ah...aku nyampe,memek kamu gurih banget ta." lengkuh doni.
Kemudian doni mendorong ita hingga akhirnya ita terlentang disebelahnya kemudian doni segera bangkit dan langsung memuntahkan sperma dipayudara dan wajah ita.

"ayo mandi dulu pake peju aku biar tambah cantik."ejek doni.
Kini kedua payudara ita serta wajah ita penuh dengan sperma doni.sekarang penis doni berada dipermukaan vagina ita untuk menyelesaikan klimaksnya.setelah itu,tangan doni mengambil ujung jilbab ita untuk mengelap batang penisnya dan mengelap wajah imut ita yang berlumpuran spermanya.

Ita kini hanya mampu memejamkan mata sambil menangis meratapi nasibnya.setiap hela nafasnya membuat payudaranya bergerak sangat menawan dan menggoda mereka berempat.sebelum giliran tio tiba, mereka mengerubuti ita untuk nyusu dipayudara kenyal itu,bahkan agus yang gemas meremas payudara ita dengan cukup keras yang membuat ita merintih kesakitan.setelah puas,mereka memberi kesempatan kepada tio untuk mengambil alih permainan.
"sekarang gilirang gue,tenang sayang,aku bakalan bermain halus kok". 

BERSAMBUNG...